PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual
Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI
PENDAHULUAN
Belajar Fisika merupakan suatu proses
yang kompleks, sebab siswa tidak hanya sekedar menerima dan menyerap informasi
yang diberikan oleh guru, tetapi melibatkan diri dalam proses belajar tersebut
untuk mendapatkan ilmu itu sendiri. Oleh karena itu seorang guru kembali pada
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang
dipelajarinya, bukan “mengetahuinya”. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil untuk melatih daya ingat anak untuk jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang. (Tim Instruktur Fisika Jawa Tengah 2003:1)
Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran ini lebih
dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru
bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan)
datang dari “menemukan sendiri”, bukan dari “kata guru”.
Dari uraian di atas perlu adanya inovasi
dalam pembelajaran yang berasosiasi pada pendekatan kontekstual. Adapun
strategi-strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL menurut Tim Instruktur
Fisika Jawa Tengah (2003:5) adalah CBSA, Pendekatan Proses, Life Skill Education, Authentic
Instruction, Inquary Based Learning, Problem Based Learning, Cooperative
Learning dan Service Learning.
Sehubungan dengan uraian di atas selanjutnya
akan dibahas tentang Pembelajaran Fisika
Dengan Pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning) Melalui Metode Demonstrasi.
PEMBAHASAN
1. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Suatu pembelajaran akan lebih bermakna
jika siswa mengalami yang dipelajarinya, bukan sekedar engetahuinya. Salah satu
pembelajaran yang berorientasi hal tersebut adalah pembelajaran kontekstual
(CTL). Pengertian dari pembelajaran kontekstual tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut:
Pembelajaran kontekstual adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif (Tim
Instruktur Fisika Jawa Tengah, 2003 :4).
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching
and Learning atau CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuannya, dalam hal ini guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelas (siswa). Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered
daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan
beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan
dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa
melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan
tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep
atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang
pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5)
Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, hasilnya nanti dijadikan bahan
refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya. Sesuatu yang baru
datang dari menemukan sendiri bukan dari kata guru. Begitulah peran guru di
kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Tujuh komponen utama
pendekatan CTL yang dirangkum dari Tim
Instruktur Fisika Jawa Tengah
(2003 :5-14) yaitu : a. Konstruktivisme ( Constructivism )
Konstruktivisme
merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan pembelajaran CTL, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
dengan konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. b. Menemukan ( Discovery )
Siklus
discovery adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan
penyimpulan. c. Bertanya ( Questioning
)
Bagi guru
bertanya merupakan kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berfikir siswa. Bagi siswa, bertanya merupakan kegiatan menggali informasi,
mengkonfirmasikan yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahuinya. d. Masyarakat
Belajar ( Learning Community )
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya
heterogen.
e.
Pemodelan ( Modelling
)
Guru bukan
satu-satunya model, namun model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
f.
Refleksi ( Reflection
)
Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru
diterima.
g.
Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assesment )
Adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada
kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut. a. Proses
belajar
1)
Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri.
2)
Siswa belajar dari mengalami, mencatat sendiri
pola-pola bermakna dari pengetahuan baru.
3)
Pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi
dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
4)
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan.
5)
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
6)
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide.
7)
Proses belajar dapat mengubah struktur otak yang
berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan seseorang.
b.
Transfer Belajar
1)
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari
pemberian orang lain.
2)
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks
yang terbatas (sedikit demi sedikit).
3)
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan
bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
c.
Siswa sebagai Pembelajar
1)
Seorang anak (siswa) mempunyai kecenderungan untuk
belajar dengan cepat hal-hal baru .
2)
Siswa dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan
tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
3)
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara
yang baru dan yang sudah diketahui.
4)
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna,
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d.
Pentingnya
lingkungan Belajar
1)
Tumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok
2)
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar
yang berpusat pada siswa dan bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.
3)
Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan
hasilnya.
4)
Umpan balik amat penting bagi siswa.
Dalam
pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :
a. Mengaitkan
(relating). Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru
dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa.
b. Mengalami
(experiencing). Belajar dapat terjadi
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan
(applying). Siswa menerapkan suatu
konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi
siswa dengan memberikan latihan yang realistis dan relevan.
d. Kerjasama
(cooperating) Pengalaman kerjasama
tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan
dunia nyata.
e. Mentransfer
(transferring). Peran guru membuat
bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan
hapalan. Menurut Blanchard, ciri-ciri
kontekstual:
a.
Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
b.
Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks
c.
Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
d.
Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam
kelompok atau secara mandiri.
e.
Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang
berbeda-beda.

(RELATING)
(EXPERIENCINGMENGALAMI )
MENERAPKAN
(APPLYING)
BEKERJA SAMA
(COOPERATING)
MENTRANSFER
(TRANSFERING)
1. Metode
Demonstrasi
a. Definisi Metode Demonstrasi
Demonstrasi
adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/tim guru menunjukkan,
memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 1000C,
sehinga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar, mungkin
meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.
(Roestiyah N.K, 2001: 83).
Metode
demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukan
kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari menurut topik bahasan yang diajarkan. Dengan demonstrasi, proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam,
sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. b. Tujuan Metode Demonstrasi
Adapun tujuan penggunaan metode
demonstrasi ini adalah :
1)
Siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau
menyusun suatu materi yang sedang dipelajari.
2)
Siswa mengerti cara menggunakan alat yang dipercobakan.
3)
Siswa mampu mengkonkretkan informasi atau penjelasan dari
guru.
4)
Siswa mampu mengembangkan kemampuan pengamatan dan
ketrampilan menggunakan alat yang dipercobakan.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi sangat
menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas. Dalam pelaksanaannya
metode tersebut memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
Adapun kelebihan metode
demonstrasi adalah :
1)
Demonstrasi memberi gambaran dan pengertian yang lebih
jelas daripada hanya dengan keterangan lisan
2)
Demonstrasi menunjukkan dengan jelas langkah-langkah
suatu proses atau ketrampilan.
3)
Demonstrasi lebih mudah dan lebih efisien daripada
membiarkan siswa melakukan eksperimen.
4)
Demonstrasi memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengamati sesuatu yang cermat.
5)
Pada akhir demonstrasi dapat dilakukan diskusi, siswa
mendapat kesempatan bertukar pikiran untuk memperbaiki atau mempertajam
pengertian.
Sedangkan kelemahan metode
demonstrasi adalah :
1)
Memerlukan keterampilan khusus
2)
Tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan demonstrasi.
3)
Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan
4)
Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran,
situasi yang harus dikondisikan dan
waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu.
5)
Tidak dapat dikenakan untuk jumlah siswa yang cukup
besar.
6)
Jika alatnya terlalu kecil / penempatan yang kurang
tepat menyebabkan demonstrasi tidak dapat dilihat dengan jelas.
Dalam metode
demonstrasi bila waktu tidak tersedia dengan cukup maka demonstrasi akan
berlangsung terputus-putus maka dalam metode ini waktu sangat diperhatikan
sehingga dalam berdemonstrasi tidak dijalankan tergesa-gesa sehingga hasilnya
bisa memuaskan. Melalui cara tersebut, siswa dapat mengamati dan memperhatikan
pada yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung, sehingga siswa lebih
paham tentang konsep yang disampaikan guru.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif.
2.
Pembelajaran dengan pendekatan CTL mengacu pada tujuh komponen utama yaitu constructivism, discovery, questioning
, jar ( learning community, modelling, reflection dan authentic
assesment. Sedangkan langkah-langkah pembelajarannya meliputi
kegiatan-kegiatan : relating, experiencing, applying, cooperating dan
transferring.
3.
Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian
pelajaran dengan mempertunjukan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari menurut topik bahasan yang diajarkan.
4.
Bentuk dan langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan CTL melalui metode
demonstrasi dapat diuraikan dalam Satuan Pelajaran (SP) dan Rancangan Program
Pembelajaran (RPP).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Materi Paparan Diklat/ Bimtek Pelaksanaan KTSP Tahun 2009. Jakarta
: Depdiknas Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan
Sekolah menengah Atas.
Rini Budiharti. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta:
UNS Press.
Tim Instruktur Fisika Jawa Tengah. 2003.
Materi Pelatihan Model Pengajaran dan
Strategi Belajar dalam Pembelajaran IPA Fisika. Jawa Tengah. Semarang:
Bagian Proyek Peningkatan Mutu dan Pembangunan Gedung SLTP Jawa Tengah.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/1271/864
Komentar
Posting Komentar