Bioremediasi
TUGAS : PENGOLAHAN TANAH AKIBAT TSUNAMI
Air diserap oleh akar tanaman melalui suatu proses yang disebut osmosis, yang
melibatkan pergerakan air dari tempat dengan konsentrasi garam
1
rendah (contohnya
tanah) ke tempat yang memiliki konsentrasi garam tinggi (contohnya bagian dalam dari
sel-sel akar). Jika konsentrasi garam di dalam tanah tinggi, pergerakan air dari tanah ke
akar melambat. Jika konsentrasi garam pada tanah lebih tinggi dibandingkan dengan di
dalam sel-sel akar, tanah akan menyerap air dari akar, dan tanaman akan layu dan mati.
Ini merupakan prinsip dasar bagaimana salinisasi mempengaruhi produksi tanaman.
Pengaruh yang merusak dari garam pada tanaman tidak hanya disebabkan oleh daya
osmosis, tetapi juga oleh sodium (Na
+
) and klor (Cl
-
) pada konsentrasi yang meracun
tanaman. Khususnya tanaman buah-buahan dan tanaman hias dari jenis kayu-kayuan
(bougenvil, kembang sepatu, dll) sangat sensitif terhadap kadar yang tinggi dari
unsur-unsur tersebut. Demikian juga, tingginya nilai pH (ukuran untuk keseimbangan
asam/basa) yang disebabkan oleh konsentrasi sodium yang tinggi akan berakibat pada
kekurangan unsur mikro.
Tingkat sensitivitas tanaman terhadap kadar garam bervariasi. Jenis tanaman dengan
toleransi terhadap garam yang paling rendah adalah tomat, bawang bombai terhadap
garam dan selada. Pada tingkat ekstrim yang lain adalah halophytes, yang paling sering
dijumpai di rawa-rawa bergaram, daerah pantai, dan lingkungan bergaram lainnya.
Salinisasi tanah adalah masalah yang umum dijumpai di daerah-daerah dengan curah
hujan rendah. Jika dikombinasikan dengan irigasi dan kondisi drainase yang buruk,
dapat mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah secara permanen. Tipe salinitas seperti
ini merupakan faktor penyebab krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh kekeringan.
Sementara salinisasi tanah yang muncul sebagai akibat dari bencana alam yang terjadi
dalam waktu singkat, sampai saat ini terbatas hanya disebabkan oleh tsunami.Garam mempengaruhi pertumbuhan tanaman umumnya melalui: (a) keracunan yang
diakibatkan penyerapan unsur penyusun garam secara berlebihan, seperti sodium,
(b) penurunan penyerapan air, dikenal sebagai cekaman air dan (c) penurunan dalam
penyerapan unsur-unsur penting bagi tanaman khususnya potasium. Gejala awal
munculnya kerusakan tanaman oleh salinitas adalah (a) warna daun yang menjadi
lebih gelap daripada warna normal yang hijau-kebiruan, (b) ukuran daun yang
lebih kecil dan (c) batang dengan jarak tangkai daun yang lebih pendek. Jika
permasalahannya menjadi lebih parah, daun akan (a) menjadi kuning (klorosis) dan
(b) tepi daun mati mengering terkena “burning” (terbakar, menjadi kecoklatan).
Benar bahwa selama terjadinya tsunami air laut membawa garam ke permukaan
tanah, akan tetapi sebagian besar lahan tergenang dalam waktu yang relatif singkat,
dan sebagian besar garam akan –atau telah- tercuci oleh hujan yang sering terjadi.
Dari survei yang baru-baru ini dilakukan oleh FAO ditemukan bahwa
lapisan-lapisan liat atau debu hasil darin gelombang tsunami justru mengandung
residu garam yang tinggi. Lapisan liat atau debu tersebut sangat mudah
diidentifikasi dari retakan-retakan yang menyebar di seluruh permukaan tanah. Di
sebagian besar tempat, setelah digali sampai kurang lebih sedalam 20 cm dijumpai
lapisan keabuan yang masih jelas.Satu pilihan yang efektif untuk mempercepat pencucian garam adalah
menghancurkan lapisan permukaan dengan pengolahan tanah, baik dengan atau
tanpa mencampur bagian permukaan tersebut dengan tanah di bawahnya. Untuk
lahan kering, hal ini akan meningkatkan perkolasi. Untuk lahan sawah,
pencampuran akan secara aktif melepaskan garam ke dalam air, yang kemudian
harus dibuang dengan cara penggelontoran permukaan. Pada kawasan sawah
tadah-hujan, ini dapat dilakukan selama musim kemarau ketika tanah lebih keras
dan pekerjaannya menjadi lebih mudah, antara lain untuk membantu proses
pencucian pada saat musim hujan berikutnya mulai.
melibatkan pergerakan air dari tempat dengan konsentrasi garam
1
rendah (contohnya
tanah) ke tempat yang memiliki konsentrasi garam tinggi (contohnya bagian dalam dari
sel-sel akar). Jika konsentrasi garam di dalam tanah tinggi, pergerakan air dari tanah ke
akar melambat. Jika konsentrasi garam pada tanah lebih tinggi dibandingkan dengan di
dalam sel-sel akar, tanah akan menyerap air dari akar, dan tanaman akan layu dan mati.
Ini merupakan prinsip dasar bagaimana salinisasi mempengaruhi produksi tanaman.
Pengaruh yang merusak dari garam pada tanaman tidak hanya disebabkan oleh daya
osmosis, tetapi juga oleh sodium (Na
+
) and klor (Cl
-
) pada konsentrasi yang meracun
tanaman. Khususnya tanaman buah-buahan dan tanaman hias dari jenis kayu-kayuan
(bougenvil, kembang sepatu, dll) sangat sensitif terhadap kadar yang tinggi dari
unsur-unsur tersebut. Demikian juga, tingginya nilai pH (ukuran untuk keseimbangan
asam/basa) yang disebabkan oleh konsentrasi sodium yang tinggi akan berakibat pada
kekurangan unsur mikro.
Tingkat sensitivitas tanaman terhadap kadar garam bervariasi. Jenis tanaman dengan
toleransi terhadap garam yang paling rendah adalah tomat, bawang bombai terhadap
garam dan selada. Pada tingkat ekstrim yang lain adalah halophytes, yang paling sering
dijumpai di rawa-rawa bergaram, daerah pantai, dan lingkungan bergaram lainnya.
Salinisasi tanah adalah masalah yang umum dijumpai di daerah-daerah dengan curah
hujan rendah. Jika dikombinasikan dengan irigasi dan kondisi drainase yang buruk,
dapat mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah secara permanen. Tipe salinitas seperti
ini merupakan faktor penyebab krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh kekeringan.
Sementara salinisasi tanah yang muncul sebagai akibat dari bencana alam yang terjadi
dalam waktu singkat, sampai saat ini terbatas hanya disebabkan oleh tsunami.Garam mempengaruhi pertumbuhan tanaman umumnya melalui: (a) keracunan yang
diakibatkan penyerapan unsur penyusun garam secara berlebihan, seperti sodium,
(b) penurunan penyerapan air, dikenal sebagai cekaman air dan (c) penurunan dalam
penyerapan unsur-unsur penting bagi tanaman khususnya potasium. Gejala awal
munculnya kerusakan tanaman oleh salinitas adalah (a) warna daun yang menjadi
lebih gelap daripada warna normal yang hijau-kebiruan, (b) ukuran daun yang
lebih kecil dan (c) batang dengan jarak tangkai daun yang lebih pendek. Jika
permasalahannya menjadi lebih parah, daun akan (a) menjadi kuning (klorosis) dan
(b) tepi daun mati mengering terkena “burning” (terbakar, menjadi kecoklatan).
Benar bahwa selama terjadinya tsunami air laut membawa garam ke permukaan
tanah, akan tetapi sebagian besar lahan tergenang dalam waktu yang relatif singkat,
dan sebagian besar garam akan –atau telah- tercuci oleh hujan yang sering terjadi.
Dari survei yang baru-baru ini dilakukan oleh FAO ditemukan bahwa
lapisan-lapisan liat atau debu hasil darin gelombang tsunami justru mengandung
residu garam yang tinggi. Lapisan liat atau debu tersebut sangat mudah
diidentifikasi dari retakan-retakan yang menyebar di seluruh permukaan tanah. Di
sebagian besar tempat, setelah digali sampai kurang lebih sedalam 20 cm dijumpai
lapisan keabuan yang masih jelas.Satu pilihan yang efektif untuk mempercepat pencucian garam adalah
menghancurkan lapisan permukaan dengan pengolahan tanah, baik dengan atau
tanpa mencampur bagian permukaan tersebut dengan tanah di bawahnya. Untuk
lahan kering, hal ini akan meningkatkan perkolasi. Untuk lahan sawah,
pencampuran akan secara aktif melepaskan garam ke dalam air, yang kemudian
harus dibuang dengan cara penggelontoran permukaan. Pada kawasan sawah
tadah-hujan, ini dapat dilakukan selama musim kemarau ketika tanah lebih keras
dan pekerjaannya menjadi lebih mudah, antara lain untuk membantu proses
pencucian pada saat musim hujan berikutnya mulai.
Komentar
Posting Komentar